Beranda | Artikel
Tauhid, Yaa Ikhwah!
Jumat, 13 Januari 2017

Dengan nama Allah ar-Rahman lagi ar-Rahim.

Sebuah perkara yang telah terpatri dalam dada setiap penerus dakwah nabi ialah bahwa tauhid merupakan materi terpenting dan paling wajib untuk dijelaskan kepada umat manusia. Tauhid inilah maksud penciptaan dan muatan utama kitab suci yang Allah turunkan. Tauhid inilah pelajaran paling mendasar di dalam perjalanan dakwah para utusan Allah.

Tauhid yang dimaksud bukan sekedar mengakui Allah sebagai pencipta dan penguasa atau pemberi rezeki kepada kita. Akan tetapi lebih daripada itu sesungguhnya tauhid yang dikehendaki ialah mengesakan Allah dalam setiap bentuk ibadah.

Sehingga tidak boleh memberikan ibadah itu kepada selain Allah apa pun atau siapa pun ia. Itulah yang Allah perintahkan dalam ayat (yang artinya), “Sembahlah Allah, dan janganlah kalian persekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (an-Nisaa’ : 36)

Setiap insan yang Allah ciptakan di alam dunia ini punya kewajiban agung selama hidupnya, yaitu beribadah kepada Allah dan meninggalkan sesembahan selain-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kalian tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya, dan kepada kedua orang tua hendaklah kalian berbakti.” (al-Israa’ : 23)

Ikhwah (saudara-saudaraku) sekalian, tidaklah bernilai hidup kita di hadapan Allah apabila kita tidak tunduk beribadah dan mentauhidkan-Nya. Sebab kemuliaan diletakkan bukan pada eloknya rupa atau banyaknya harta serta tingginya jabatan. Namun, kemuliaan itu diletakkan pada rambu-rambu dan jalan ketakwaan kepada Allah. Sementara ketakwaan itu bukan semata yang terucap oleh lisan atau dilakukan oleh anggota badan. Sebab takwa itu harus benar-benar muncul dan berakar dari dalam hati berupa cinta, takut, dan harapan.

Allah berfirman (yang artinya), “Pada hari itu (kiamat) tidak berguna harta dan keturunan kecuali bagi orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.” (asy-Syu’ara’ : 88-89)

Takwa ialah anda melakukan ketaatan kepada Allah dengan bimbingan cahaya dari Allah seraya mengharap pahala dari-Nya, dan anda meniggalkan maksiat kepada Allah dengan bimbingan cahaya dari Allah seraya takut akan hukuman-Nya. Inilah hakikat takwa. Oleh sebab itu tidak akan bisa bertakwa orang yang tidak mengerti apa yang harus ia kerjakan, atau tidak mengerti apa-apa yang harus ia tinggalkan. Takwa harus ditegakkan di atas ilmu dan pemahaman yang benar.

Pokok ketakwaan itu adalah beriman kepada Allah dan mengikuti ajaran nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Itulah kandungan makna dari dua kalimat syahadat. Kalimat tauhid laa ilaha illallah maknanya adalah tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Adapun syahadat anna Muhammadar rasulullah maksudnya tidak ada orang yang wajib selalu diikuti ucapan dan ajarannya selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah maksud dari firman Allah (yang artinya), “Katakanlah; Jika kalian benar-benar mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali ‘Imran : 31)

Tauhid inilah pondasi agama dan poros ketakwaan. Oleh sebab itu kalimat tauhid juga disebut sebagai kalimat takwa. Sebab di dalam kalimat tauhid ini tersimpan perintah yang paling agung yaitu beribadah kepada Allah semata dan larangan yang terbesar yaitu larangan dari berbuat syirik kepada-Nya. Apabila para penduduk negeri itu beriman dan bertakwa niscaya Allah akan bukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Inilah keutamaan tauhid bagi para penganutnya. Tauhid adalah sebab utama kebahagiaan dan sumber keamanan. Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman (syirik) mereka itulah yang akan mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang akan diberikan petunjuk.” (al-An’aam : 82)

Dari sinilah kita menyadari bahwa dakwah kepada tauhid tidak boleh berhenti dan tidak boleh padam. Dakwah tauhid harus selalu berkibar dan tersebar. Dakwah tauhid harus terus-menerus diserukan di berbagai penjuru tanah air. Dakwah tauhid ini harus dilanjutkan dari generasi ke generasi dan digalakkan di segenap lapisan masyarakat. Ingatlah, bahwa kebutuhan kita kepada tauhid lebih besar daripada kebutuhan kita kepada air dan udara!

Para ulama dari masa ke masa selalu mengingatkan kita tentang pentingnya dakwah tauhid. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berpesan kepada Mu’adz dengannya. Begitu pula para khalifah sesudah beliau meneruskan perjuangan dakwah tauhid ini hingga titik darah penghabisan. Tiga generasi terbaik umat ini pun demikian; para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in senantiasa menjadikan dakwah tauhid sebagai pondasi dan asas perjuangan mereka. Bacalah Kitab al-Iman dalam Sahih Bukhari, Kitab al-Iman dalam Sahih Muslim, bacalah Kitab at-Tauhid dalam Sahih Bukhari, atau bacalah kitab syarah hadits dan tafsir ulama terdahulu. Niscaya akan anda dapati betapa besar perhatian mereka terhadap penjagaan tauhid dan aqidah Islam…

Umat ini membutuhkan para pemuda yang bersungguh-sungguh dalam belajar tauhid. Umat ini membutuhkan generasi muda yang benar-benar menekuni aqidah. Aqidah tauhid inilah ruh dari ajaran Kitabullah, sampai-sampai dikatakan oleh para ulama bahwa al-Qur’an itu semuanya berisi pelajaran tentang tauhid. Dari awal sampai akhir al-Qur’an tidak berhenti membahas dan mengupas bagian-bagian dari ilmu tauhid. Para ulama pun menyebut ilmu tauhid dan aqidah sebagai fikih akbar; yaitu ilmu fikih yang terbesar di dalam agama Islam.

Belajar tauhid tidak cukup sehari atau dua hari, sebulan atau dua bulan, atau bahkan setahun atau dua tahun. Kita wajib belajar tauhid selama hidup ini. Sebab tauhid bukan semata-mata teori dan wawasan, tetapi ia butuh pada banyak perincian dan penerapan. Tauhid harus kita jaga dan pertahankan sampai nyawa lepas dari badan. Tauhid inilah bekal utama dalam menghadapi berbagai macam bentuk cobaan dan ujian dalam kehidupan. Tauhid inilah kelezatan tertinggi yang dirasakan oleh setiap hamba yang beriman di alam dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasti akan merasakan lezatnya iman orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim)

Kita harus bersyukur kepada Allah karena senantiasa ada segolongan diantara umat ini yang terus tegak di atas tauhid dan kebenaran, mereka para ulama yang mendakwahkan dan membela aqidah dan agama ini dengan lisan dan pena bahkan nyawa dan harta mereka. Inilah janji Allah bahwa Allah pasti akan menolong siapa saja yang membela agama-Nya. Allah akan teguhkan kaki-kaki mereka. Allah berikan kemenangan dan kejayaan bagi mereka. Seperti yang diucapkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, “Barangsiapa yang menolong agama Allah niscaya dia pasti akan diberikan pertolongan/kemenangan.”

Dari sinilah kita bisa mengetahui mengapa Ahlus Sunnah disebut sebagai ath-Tha’ifah al-Manshurah yaitu kelompok yang diberi pertolongan. Tidak lain dan tidak bukan disebabkan mereka membela agama Allah ini dari serangan dan penyimpangan. Mereka menolong agama Allah maka Allah pun menolong mereka. Hal ini sekaligus menjadi sebuah pelajaran berharga bagi kita bahwa apabila umat ini tidak menolong agama Allah dan membela tauhid maka Allah tidak akan memberikan kemenangan dan kejayaan untuk mereka. Wallahul musta’aan.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/tauhid-yaa-ikhwah/